PendidikanGeografi 2013
Off L
Kelompok 6
Anggota : 1. Ferri Ridho (130721611757)
2. M. ArifRohmatulloh (130721611764)
3. M. Makruf (130721611775)
4. Melinda SuciatinNofus (130721611794)
5. NunungAprilliya (130721611790)
6. RizkyIkaHariani (130721611758)
1.
Jelaskan teori-teori yang ada dalam geografi!
Jawab:
1) Teori Ledakan Penduduk => (Thomas Robert
Malthus)
Thomas Robert
Malthus lahir di Ruckery-St.
Catherina Inggeris pada tanggal 14 Februari 1766 dan meninggal
pada tanggal 23 Desember 1834. Ia seorang ahli ekonomi yang tergolong ekonomi Mazhab Klasik bersama-sama Adam
Smith. Ajaran-ajarannya banyak mempengaruhi pemikiran ekonom
lainnya seperti Ricardo, di mana perkembangan ekonomi diasumsikan cukup suram itu berpengaruh besar pada abad ke-19. Dalam ilmu geografi ekonomidan
populasi nama dia juga dikenal sebagai seorang pelopor yangmengukir pada mazhab geografi tersebut. Selain itu nama Malthus
kemudian
diabadikan juga dalam istilah ”neomalthusianisme”. Adapun teori Malthustentang ledakan penduduk ditulis dalam bukunya An Essay on the Principlesof Population (1798).
Dalam teorinya
tersebut Malthus berpendapat, bahwa :
a) Masyarakat manusia akan tetap miskin
karena terdapat kecenderungan pertambahan penduduk berjalan lebih cepat dari
pada persediaanmakanan.
b) Pertambahan penduduk
dapat diibaratkan deret kali atau deret ukur sehingga pelipat-gandaan jumlah penduduk dalam setiap 25 tahun, sedangkan peningkatan
sarana-sarana kehidupan berjalan
lebih lambat, yankni menurut deret hitung atau deret tambah.
c) Melalui
tindakan pantang seksual/pantangan kawin, perang, bahaya kelaparan, dan bencana alam, jumlah penduduk setiap kali memang diusahakan sesuai dengan sarana
kehidupan yang tersedia. Namun cara
itu tidak cukup untuk meningkatkan
kehidupan masarakat sampai
di atas batas minimum.
2) Teori Pengaruh Iklim Terhadap Peradaban =>
(Ellswort Huntington)
Ellswort Huntington adalah seorang ahli geografi Amerika
yang produktifmenulis berbagai buku
ternama dan teorinya tergolong fantastis
imajiner dankadang dinilai bombaptis. Inti teori-teorinya itu terdapat dalam tiga buku yakni:The Pulse of Asia (1907); Palestine and Its Transformation (1911),Civilization and Climate (1915), yang secara garis besar pokok-pokok
pikirannya sebagai berikut :
a) Peradaban
besar yang ada di kawasan Asia
Tengah dan Barat Daya pada zaman kuno dimana kondisi mengrikan sekarang ini dari daerah-daerah tersebut, pada
awal abad ke-20 diperkirakan adanya kemerosotan perabadaban yang terjadi dan
disebabkan oleh perubahan iklim.
b) Mekeringan
di wilayah ini pada masa sekarang kelihatannya tidak sesuai dengan posisinya terdahulu sebagai pusat kerajaan, dan dia mulaiberpikir bahwa iklimnya yang dahulu seharusnya lebih lembab, bahwawilayah ini harus mengalami
proses pengeringan yang progresif.
c) Proses semacam
ini harus menjadi bagian dari suatu proses yang lebihbesar
fenomena-fenomena ayang lebih umum. Sesuai dengan itu iaterdorong untuk membuat postulat tentang mengeringnya bumi, yangterjadi dalam ”plsasi ritmik, dengan
periode-periode dari udara kering dan basah.
d) Begitu-pun cerita pengembaraan bangsa Ibrani (Yahudi) dalam kitab suci, berhubungan dengantitik tengah antara masa kekeringan
dan masa kebasahan. Ekspansi kerajaan Moghul, ekspansi kerajaan barbar Mongol sampai ke
Eropa, adalah akibat dari mengeringnya tempattinggal asli dari kaum penyerbu.
e) Proses pengeringan yang progresif dari bumi mengikuti arah tertentu
umumnya dari timur ke barat. Inilah yang menjelaskan pergantianpusat-pusat
peradaban besar dari Babilonia, Mesir
ke Yunani, ke Roma,dari Roma ke
Prancis, dan dari Prancis ke Inggeris,
serta dari Inggeris keAmerika
Serikat.
3) Teori Lokasi Lahan => (Johann Heinrich Von
Thunen)
Johann Hienrich Von Thunen dalam Der Isolierte Staat (1826)mengemukakan
bahwa pada dasarnya penggunaan lahan dapat dibagi dalam beberapa penggunaan. Dengan mengambil satu pusat kota sebagai satu-satunya
tempat memproduksi barang-barang yang dibutuhkan seluruh negara,daerah- daerah di sekitarnya hanya sebagai pemasok bahan mentah lain ke kota.
1) Lahan pertama berada
di dekat pusat kota (pasar) akan dipakai untuk kegiatan- kegiatan intensif jenis tanaman yang hasilnya cepat rusak,memakan tempat dan berat dalam kaitannya dengan transportasi.
2) Lahan kedua merupakan
daerah hutan. Hal ini bisa dipahami mengingatmasa itu kebutuhan hasil hutan untuk kayu dan bahan bakar yang sifatnyamemakan
tempat dan berat sehingga harus ditempatkan agar dekat dari pusat kota.
3) Lahan ketiga digunakan untuk menanam
tanaman sejenis gandum
ataupadi- padian.
4) Lahan
keempat berupa daerah penggembalaan ternak.
5) Lahan
kelima, merupakan daerah “three field system” merupakan daerah
ilalang, daerah tandus.
6) Sedangkan lahan keenam merupakan daerah perburuan.
7) Untuk memudahkan dan efisiensi transportasi, diperlukan sungai yangmembelah kota, ternyata dapat menghemat 1/6 transportasi darat,sehingga daerah pertama
akan berkembang sepanjang sungai.
8) Perlu dibuat kombinasi transportasi darat dan sungai, sehingga akansama biaya transpor darat bagi daerah yang tidak dapat menikmati
adanya sungai.
4) Teori Daya Sentrifugal dan Sentrifetal =>
(Charles O. Colby)
Charles O.Colby adalah penulis artikel Jurnal Annals padaAssociation of American Geographers Vol 23.No.1 (Mar.1933), hlmn.1-20. yang menulis topik “Centrifugal and Centripetal Forces in Urban Geography”. Dalam tulisan
tersebut Colby menguraikan bahwa proses berekspansinya kota yang makin meluas dan berubahnya struktur tata guna lahan sebagian besar disebabkan oleh
adanya daya sentrifugal dansentripetal pada
beberapa kota. Daya sentrifugal; mendorong gerak ke luar penduduk dan usahanya sehingga terjadi
disperse kegiatan manusia dan elokasi sector-sektor serta zone-zone kota. Sedangkan daya
sentripetal, mendorongpenduduk bergerak ke dalam kota dan berbagaiusaha-
usahanya yangmenimbulkan pemusatan (konsentrasi) aktivitas masyarakat.
Adapun isi pokok teori tersebut, yang menyebabkan
pada masyarakat kota terjadi daya sentrifugal dan sentripetal tersebut, sebagai berikut: Pertama,untuk daya sentrifugal :
a) Terdapat gangguan yang sering berulang, seperti; macetnya lalu lintas,polusi
udara dan bunyi, menyebabkan penduduk kota merasa tidak nyaman bertempat
tinggal di situ.
b) Dalam pengembangan industri modern dan besar-besaran, memerlukanlahan- lahan relatif luas serta menjamin kelancaran tranportas dan lalu-lintas.
Hal ini hanya mungkin dapat
dilakukan di pinggiran kota, sebab
kondisi kota-kota tua demikian padat.
c) Harga sewa/beli tanah di pinggir atau luar kota, jauh lebih murah daripadadi
kota.
d) Di kota sudah dipenuhi gedung-gedung bertingkat tinggi, tidak mungkinlagi dapat dibangun bangunan baru, kecuali dengan biaya yang sangat tingi.
e) Kondisi perumahan kota umumnya padat dan sempit, sulit untuk dikembangkan lebih lanjut, kecuali dengan biaya yang tinggi. Berbeda
dengan pinggir atau luar kota, serba mungkin untukmemperoleh perumahan yang lebih
nyaman, segar, dan murah.
f) Hidup di kota, terasa sesak, penat, dan berjubel. Sedangkan dipinggir/ luar
kota lebih terasa asri, segar,
sunyi, dan nayaman.
Namun sebaliknya, banyak juga penduduk
luar/pinggir kota yang justrumenyenangi
hidup tinggal di kota, inilah yang kedua ini termasuk daya
sentripetal yang penyebabnya, sebagai berikut:
a) Memiliki tempat-tempat di pusat kota yang strategis,
sangat cocok untuk pengembangan industri dan merupakan kemudahan tersendiri dalam operasi industri.
b) Berbagai perusahaan dan bisnis, biasanya lebih menyukai lokasi-lokasiapakah itu dekat stasion
kereta api, pelabuhan, maupun
terminal bus,maupun pusat- pusat keramaian publik lainnya.
c) Dalam
dunia bisnis, lebih menyukai dan berkecenderungan adanya
konsentrasi-konsentrasi penjual jasa seperti, penjahit,
tempat praktekpara dokter, pengacara, tukang gigi, pemangkas rambut dan kecantikan,
lokasinya lebih menyukai berdekatan.
d) Selain
itu juga di kota-kota sudah sedemikian
rupa tersusun pusat-pusat perbelanjaan, seperti toko-toko; tekstil, elektronik, perhiasan (emas dan
perak), pakaian jadi, makanan dan minuman, barang-barang kelontong, mainan anak, dan sebagainya.
e) Banyaknya flat-falt/rumah bersusun untuk masyarakat kecil, setidaknyadapat meringankan
harga sewa bagi penduduk kota.
f) Kota juga mnyediakan sejumlah tempat hiburan, olahraga, seni-budaya, pendidikan, di samping menyediakan pekerjaan.
g) Para pegawai dan pekerja kota lainnya, lebih menyukai tempat tinggalyang tidak berjauhan dengan tempat bekerja. Artinya kota tetap diminati sebagai kebutuhan untuk bertempat
tinggal karena dekat dengan tempat bekerja.
5) Teori Kota Konsentris => (Burgess)
E.W. Burgess
adalah seorang geograf Amerika Serikat yang mengkaji struktur kota Chicago pada tahun
1920-an, dan teori konsentrasi tersebut dimuat
dalam tulisannya yang berjudul The Geography of City (1925). Intiteori kota
konsentris tersebut adalah :
a) Pada hakikatnya kota itu meluas secra seimbang dan merata dari suatu
pusat/inti, sehingga muncul zone-zone baru sebagai perluasannya.
b) Pada setiap saat dengan demikian dapat ditemukan sejumlah zone yang konsentris letaknya, sehingga
struktur kota menjadi bergelang
(melingkar).
c) Di pusat kota terdapat Zone Pertama; Central Bisnis District (disingkatBCD) jika di Chicago disebutnya Loop. Fungsi Loop tersebut untuksebagai pusat/jantung kehidupan
perdagangan, perekonomian, dankemasyarakatan.. Zone Kedua;
terdapat Zone Peralihan
(trantitional zone) merupakan
kawasan perindustrian, disertai oleh rumah-rumah
pribadi yang kuno. Bahkan jika Chicago telah berubah menjadi Chines Town maupun
pertokoan dan perkantoran berskala kecil. Namun
jika sudah bobrok banyak dimanfaatkan
oleh kaum gekandangan miskin. Zone Ketiga: kawasan perumahan para buruh kebanyakan adalahkaum imigran. Zone Keempat: penghini kelas menengah, cukup rapimemiliki jarak sanitasi yang lebih memadai sebagai tempat tinggal yang nnyaman
dan baik. Namun terdapat juga
sebagian kecil rumah berkelas
elite. Sedangkan pada zone kelima; merupakan Commuters
Zone, atautempat orang yang
pulang-pergi setiap hari untuk bekerja. Kondisi alamnya masih asri, luas, dan mewah
serta berfungsi sebagai kota kecil untuk beristirahat/tidur atau dormitory
towns, maklum perumahan untukorang-orang
kaya.
6) Teori Konflik Antar Suku Bangsa Nomadik =>
(Sedenter Jean Bunhes)
Jean Bunhes seorang ahli geografi Prancis murid Le Play yangmeneliti pengaruh kehidupan nomadik (barbar) terhadap politik. Penelitiannya ini
dilakukan atas di beberapa kawasan khususnya Afrika(Gurun Sahara dan Asia
Tengah yang beriklim keras, dengan sistem keluarga yang ptrairkhal yang menghasilkan otorianisme dalam bukunyaGeographie humanie (1925). Adapun
isi pokok teori tersebut, sebagai berikut:
a) Stepa
stepa padang rumput di Asia dengan musim dingin yang kejam,tidak memungkinkan pengolahan alam yang intensif. Hanya bibir-birgunung yang di mana oase-oase irigasi dibangun, tanaman bisa tumbuh dan berkembang.
b) Di mana pun tanah secara alami sangat sesuai dengan jenis pastoral
(pastoralart) untuk memelihara kawanan ternak dan hewan. Dan dengan demikian wilayah penggembala di atas kuda, kelompok-kelompok
kecilmanusia yang tersebar dengan
ternaknya dalam suatu wilayah yang luas.
c) Karena dihadapkan dengan suasana keharusan untuk bergerak kelilingdan
untuk mengetahui sebelumnya tentang wilayah perumputan serta sumber- sumber air untuk jarak yang jauh, mereka memperoleh rasa gerakan taktis dan
strategi yang menempatkan mereka dalam
posisimendaulat terhadap rung dan menguasai para tetangga mereka.
d) Beberapa dari penakluk yang paling besar dan paling berani dalamsejarah,
muncul dari stepa-stepa Jengis Khan, Timur
Leng, KhubilaiKhan.
e) Kualitas dan kemampuan yang menjadi alasan bagi kekuasaannyadiperoleh dari stepa, dari keterampilan yang dianugerahkan kepadapstoral, dan dari
subordinasi geografisnya pada lingkungannya.
f) Kelompok penggembala ini bukan massa petani-petani kelompok kecilyang mengerumuni seluruh Asia Selatan dan Asia Timur, yang memimpindunia. Selama berabad-abad mereka menguasai
India, dan Cina berada di bawah kekuasaan orang-orang Mongol, yaitu kaum Nomad para penggembala Asia yang perkasa (herdsman).
(http://salehuddinalan.blogspot.com/2012/12/teori-teori-ilmu-geografi.html)
2.
Jelaskan teori-teori yang ada dalam ekonomi!
Jawab:
1.)
Teori Konsumen.
Bagian dari ilmu ekonomi mikro ini pada pokoknya membahas
perilaku ekonomi rumah-rumah tangga keluarga dalam menggunakan penghasilan
mereka yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan
memperoleh tingkat kepuasan yang maksimal. Selanjutnya dapat diketengahkan
bahwa teori konsumen mi memberi dasar teoritik konsepsi kurva permintaan
konsumen, suatu konsepsi yang peranan nya sangit besar dalam kita mencoba
menerangkan perilaku harga pasar.
2.)
Teori Badan Usaha.
Bagian ini membahas tentang perilaku rumah tangga perusahaan
dalam menentukan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan, dalam menentukan
harga satuan barang atau jasa yang dihasilkan, dan dalam menentukan kombinasi
sum ber-sumber daya yang dipergunakan dalam proses produksi, yang semuanya ini
didasarkan kepada asumsi bahwa yang ingin dikejar oleh rumah tangga perusahaan
adalah keuntungan sebesar-besarnya. Teori mi memberikan dasar teoritik konsepsi
kurva penawaran produsen.
3.)
Teori Harga Pasar.
Bagian daripada ilmu ekonomi. mikro ini pada dasarnya
membahas perilaku harga pasar barang-barang dan jasa jasa. Teori mi, seperti
disinggung di atas banyak mernanfaati kesimpulan-kesimpulan teoritik teori
konsumen dan teori badan usaha, khususnya konsepsi permintaan dan konsepsi
penawaran yang dihasilkan oleh kedua teori tersebut.
4.)
Teori Distribusi Pendapatan.
Bagian daripada ilmu ekonomi mikro ini mencoba menerangkan
perilaku harga sumber-sumber daya, yang dapat berubah upah untuk sumber daya
manusia, bunga modal untuk sumber daya modal, dan sewa untuk sumber daya alam.
leon distnibusi pendapatan mi banyak menggunakan kesimpulan teoritik teori
rumah-tangga perusahaan dan teori perilaku rumah-tangga keluarga.
5.)
Teori Keseimbangan Umum.
Teori-teori yang disebutkan di atas, yaitu teori konsumen,
teori produsen, teoni harga pasar dan eori distribusi pendapatan semuanya
didasarkan kepada asumsi tidak adanya saling pengaruh-mempengaruhj atau
interdependensi antara kegiatan ekonomi pelaku ekonomi yang satu dengan
kegiatan ekonomi pelaku ekonomi lainnya. Dunia yang nyata menunjukkan adanya
hubungan interdependensi tersebut. Teori ekonomi mikro yang dalam usaha
menerangkan pembentukan harga, penentuan kuantitas barang atau jasa yang
dihasilkan dan yang dikonsumsi, dan sebagainya seperti yang telah diuraikan di
atas, mengikut sertakan ke dalam analisa unsur saling pengaruh-mempengaruhi di
antara pelaku pelaku ekonomi tersebut, biasa disebut ana/isa keseimbangan- umum
atau general equilibrium analysis.
6.)
Ekonomi Kemakmuran atau Welfare Economics.
Teoni-teoni ekonomi mikro sepertiyang kita uraikan di atas,
dan butir ke 1 sampai dengan butir ke 5, tidak satupun yang memperhatikan skala
preferensi masyarakat. Di lain fihak cabang ilmu ekonomi mikro yang disebut
welfare economics, dalam mencoba menerangkan perilaku konsumen, produsen, harga
dan sebagainya mernperhatikan norma-norma etik masyarakat.
(http://bayu96ekonomos.wordpress.com/modul-materikuliah/teori-ekonomi-mikro/)
3. Jelakan pendekatan-pendekatan yang ada dalam geografi !!!
Jawab!
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
1.
obyek
studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere,
hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
2.
pendekatan
geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat
menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang
sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya.
Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
1.
pendekatan
keruangan,
2.
pendekatan
kelingkungan, dan
3.
pendekatan
kompleks wilayah
a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau
kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan.
Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial
structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial proces)
(Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1.
What?
Struktur ruang apa itu?
2.
Where?
Dimana struktur ruang tesebut berada?
3.
When?
Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4.
Why?
Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5.
How?
Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6.
Who
suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk
kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti
itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang (linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang (linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen
pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu
terkait dengan dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini
minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis
terhadap fenomena yang dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik
penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis
mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan
kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang
perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan
pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan
intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan
permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi
ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel
lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak
mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi
harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam
beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi
perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan
geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu
lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan,
dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan
gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses
sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan
yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya
melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di
wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan.
Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor
determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan
analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan
kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu
alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu
merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua.
Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian
bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang
menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan
pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan
wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit
wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan
pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat
dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
1.
menerapkan
pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2.
menerapkan
pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua
3.
menganalisis
keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
1.
Keruangan,
analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan
perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu
tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal)
dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2.
Kelingkungan,
yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi,
fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek
manusia dalam suatu ruang.
3.
Kewilayahan,
yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan,
interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan
merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka
kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan
kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang
terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan
masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit
ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan
permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.
Pendekatan
analisis makro memandang sistem agribisnis sebagai hubungannya dengan ekonomi
nasional, yakni hubungannya dengan produk domestik bruto, peningkatan
pendapatan nasional, peningkatan kesempatan berusaha, pemerataan distribusi
pendapatan, peningkatan ekspor, upaya substitusi impor, inflasi, devaluasi,
penurunan tingkat pengangguran, serta hubungannya dengan komponen ekonomi
makro.
Secara tradisional, para
ahli berpendapat bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang terisolir, yang
kurang dipengaruhi oleh keadaan perekonomian makro maupun perekonomian global.
Pendapat demikian tidak tepat lagi diterapkan dikondisi saat ini. Sejak
pertengahan tahun 1970-an , para ahli mulai sadar bahwa sektor pertanian sangat
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian makro maupun perekonomian global (Schuch,
1988; Chambers and Just, 1982; Nainggolan, 1988). Beberapa variabel
perekonomian makro yang cukup berpengaruh terhadap sektor perekonomian,
pertanian dan agribisnis secara keseluruhan adalah nilai tukar, suku bunga,
kredit perbankan, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Oleh karena itu kondisi
perekonomian makro merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan sistem
agribisnis.
Ketersediaan prasarana
merupakan kunci perkembangan agribisnis. Beberapa prasarana strategis bagi
perkembangan agribisnis, seperti jaringan irigasi, jalan raya dan pasar
merupakan barang publik yang harus dibangun oleh pemerintah. Apabila prasarana
tersebut tidak tersedia maka agribisnis tidak akan berkembang dengan baik. Oleh
karena itu prasarana merupakan salah satu komponen dari jaringan sistem
agribisnis. Komponen jaringan agribisnis lainnya adalah lembaga penunjang
seperti kebijaksanaan pemerintah, penyuluhan, pendidikan dan penelitian. Kebijaksanaan
pemerintah merupakan kunci perkembangan agribisnis. Penyuluhan berperan dalam
dimensi teknologi dan informasi ekonomi yang sangat diperlukan oleh agribisnis.
Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan manajemen dan
penguasaan teknologi agribisnis. Penelitian berperan sebagai peramu teknologi,
perumus kebijaksanaan dan penyedia informasi ekonomi yang diperlukan untuk
mengembangkan agribisnis.
Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa agribisnis merupakan suatu jaringan sistem komoditas.Tidak
satupun usaha agribisnis yang hidup terisolir tanpa dipengaruhi oleh usaha
agribisnis lainnya maupun oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Usahatani
merupakan salah satu komponen dari jaringan sistem terpadu yang merupakan kunci
utama dari pendekatan agribisnis.
Pendekatan analisis mikro
Kajian sistem agribisnis melalui pendekatan analisis
mikro menekankan kepada pencapaian efisiensi, optimasi alokasi dan penggunaan
input (sumber daya), serta berusaha memaksimumkan keuntungan. Pertanian bukan
lagi sebagi way of live, tetapi merupakan usaha yang harus memberikan
keuntungan. Dalam agribisnis, segala aktivitas pertanian didasarkan pada
prinsip ekonomi bukan mengikuti kebiasaan atau turun temurun. Oleh karena itu,
dalam analisis mikro agribisnis didefinisikan
sebagai tiga sektor secara ekonomi saling berkaitan. Ketiga sektor agribisnis tersebut
adalah
(a) the input supply sector,
(b) the farm production sector, dan
(c) the product marketing sector.
Keterkaitan
antara ketiga sektor tersebut dapat dilihat pada Bagan di bawah. Definisi ini mempunyai makna yang
sama dengan yang dikemukakan oleh Drilon Jr. dalam Saragih (1998), bahwa
agribisnis merupakan mega sektor yang mencakup “… the sum total of
operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies,
production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm
commodities and items for them …”.
The input supply sector atau sektor pemasok input pertanian adalah sector
yang memberikan pasokan bahan dan peralatan pertanian untuk beroperasinya the
farm production sector (Beierlein. dkk., 1986). Sektor ini memasok pakan
ternak atau ikan, benih, pupuk, bahan bakar minyak, pestisida, alat, mesin
pertanian, dan sebagainya.
The farm production sector atau sektor budidaya pertanian
merupakan sector yang mengubah input pertanian menjadi output atau
komoditas primer hasil pertanian. Sektor ini meliputi pertanian dalam arti
luas, yaitu budidaya tanaman, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Komoditas
primer yang dihasilkan oleh sektor ini adalah bahan pangan (padi, jagung,
kedele, dan sebagainya), daging, ikan, telur, susu, sayur atau hortikultura,
serat, dan kayu.
The product marketing sector atau pemasaran ahasil pertanian
melibatkan individu atau perusahaan yang menangani dan mengolah komoditas
primer hasil budidaya pertanian sampai ke konsumen akhir. Branson dan Norvel
(1983) mendefinisikan pemasaran sebagai proses memenuhi kebutuhan manusia
dengan menghadirkan produk kepada mereka dalam bentuk yang
cocok serta
pada tempat dan waktu yang tepat. Pada umumnya, pemasaran mempunyai delapan
fungsi dasar:
1. Pengumpulan
bahan mentah (komoditas primer), biasanya dilakukan oleh pedagang pengumpul
atau disebut tengkulak;
2. Pembuatan
kelas mutu atau grading bahan mentah;
3. Penyimpanan bahan
mentah, termasuk di dalamnya pembersihan dan pengeringan komoditas primer;
4. Pengolahan
bahan mentah menjadi produk akhir (barang yang siap dikonsumsi);
5. Pengemasan
produk olahan (barang jadi);
6. Penyimpanan
produk olahan;
7.
Pendistribusian produk olahan ke pedagang besar, pengecer, dan konsumen; dan
8. Pengangkutan
produk olahan dan komoditas primer.
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fblog.ub.ac.id%2Fandimudj%2Ffiles%2F2013%2F11%2Fmakro-v-mikro.doc&ei=jb4HVKbBCtOXuASO54FI&usg=AFQjCNGgttrXQbTz3SWWllNoaXhp4Lrmbw&sig2=jQ5USUsgYIi8H1UfV2bRcA&bvm=bv.74649129,d.c2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar