Selasa, 03 Maret 2015

Analisis Jurnal

ANALISIS JUDUL
Judul : Geotectonic Configuration of Kulon Progo Area, Yogyakarta
            (Konfigurasi Tektonik Daerah Kulon Progo, Yogyakarta)
Oleh :  I. Syafri, E. Budiadi, dan A. Sudradjat

Konfigurasi tektonik suatu daerah sangat diperlukan dalam mengkaji formasi batuan penyusun suatu wilayah. Formasi batuan tersebut nantinya dapat digumakan sebagai indikator yang dapat menjelaskan proses pembentukan morfologi suatu wilayah. Dalam pembahasan proses pembentukan satuan bentuk lahan juga tidak lepas dari pembahasan bauan penyusunnya.
Judul jurnal di atas belum menggambarkan isi yang ingin disampaikan. Penulis belum mampu menggambarkan isi ke dalam judul yang tepat dan mudah dimengerti oleh pembaca. Dalam judul disebutkan daerah kulon progo, sedangkan di pembahasan lebih difokuskan pada bahasan susunan batuan Gunung Kulon Progo. Selain itu, Istilah yang digunakan pada judul yaitu “Konfigurasi Tektonik” merupakan istilah asing yang tidak semua orang dapat memahami. Sehingga dapat menimbulkan tanda tanya bagi pembaca. Sebaiknya disertakan dengan keterangan dari istilah-istilah asing untuk memudahkan pembaca.
Judul di atas sudah memenuhi kriteria judul yang singkat, namun belum mampu menggambarakan isi dari pembahasan jurnal. Judul yang di angkat terlalu umum, sehingga pembaca tidak dapat memfokuskan pemikiran pada saat membaca judul tersebut. Judul yang baik dapat mempengaruhi pembaca, namun judul tersebut belum mampu menarik minat pembaca untuk membacanya. Sehingga akan lebih baik jika judul difokuskan pada topic permasalahan yang akan di angkat. Karena dalam pembahasan cenderung membahas Gunung Kulon Progo maka judul yang dapat disarankan adalah “Pembentukan  Pegunungan Kulon Progo, Yogyakarta”.

ANALISIS ABSTRAK
            Pada abstrak, sudah menjelaskan secara ringkas dan jelas isi dari pembahasan. Penulis sudah menuliskan apa saja yang akan melatarbelakangi pembahasan dari isi jurnal. Hanya saja, ada kejanggalan dalam penggunaan kata kunci “pembentukan pegunungan”. Dan seharusnya kata kunci yang dipilih dapat menjelaskan isi dari pembahasan nantinya. Akan tetapi, abstrak dalam jurnal ini menggunakan kata kunci yang kurang menggambarkan apa saja topik yang akan di angkat dalam pembahasan. Akan lebih baik jika kata kunci “pembentukan pegunungan” dihilangkan.
Dalam teknis penulisan juga kurang tepat.  Abstrak dalam jurnal ini tidak diketik dengan spasi yang menjorok kedalam pada sisi kanan dan kiri. Akan lebih  baik jika penulisan abstrak menjorok ke dalam pada sisi kiri dan kanan. Untuk istilah-istilah asing sebaiknya dicetak miring dan diberi keterangan singkat agar tidak membingungkan pembaca.

ANALISIS PENDAHULUAN
            Pada pendahuluan, penulis mulai menjelaskan bagian-bagian yang melatarbelakangi penulisan jurnal. Penulis ingin membuktikan bahwa teori undasi yang di ungkapkan oleh Van Bemmelen merupakan kesalahan persepsi. Penulis lebih cenderung pada pemahaman bahwa terbentuknya pegunungan Kulon Progo disebabkan oleh proses tektonik regional. Penulis juga lebih cenderung menekankan pembahasan pada teori tektonik lempeng. Hal tersebut dapat terlihat pada pernyataan penulis “Based on the geological phenomena observed in Alps, almost all earth scientists believed that the horizontal stress movement was the prevailing force in the formation of a mountain (Berdasarkan fenomena geologi yang diamati di Pegunungan Alpen, hampir semua ilmuwan percaya bahwa tekanan oleh pergerakan lempeng bumi secara horisontal adalah kekuatan yang berlaku dalam pembentukan Pegunungan)”. Dari pernyataan tersebut penulis ingin meyakinkan pembaca bahwa pembentukan pegunungan Kulon Progo merupakan akibat dari aktivitas pergerakan lempeng tektonik.
            Dalam pendahuluan penulis juga mampu menyajikan gambar-gambar yang dihasilkan dari citra satelit. Akan tetapi, gambar yang disajikan kurang menarik karena tidak dilengkapi dengan penjelasan dari masing-masig gambar. Selain itu, gambar yang disajikan juga kurang jelas. Sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami gambar. Akan lebih baik lagi jika gambar yang ditampilkan dilengkapi dengan penjelasan dari masing-masing gambar.
ANALISIS ISI
            Isi pada jurnal yang berjudul “Geotectonic Configuration of Kulon Progo Area, Yogyakarta (Konfigurasi Tektonik Daerah Kulon Progo, Yogyakarta)” mempersulit pembaca untuk memahami korelasi antara judul, abstrak, pendahuluan dan isi dari jurnal ini sendiri. Anatara abstrak dan pendahuluan terdapat korelasi yang sangat bagus, karena ringkasan yang disajikan dalam bentuk abstrak dijelaskan secara lebih rinci di bagian pendahuluan. Akan tetapi, pada bagian isi ada beberapa sub bagian yang dipisah-pisah. Misalnya terdapat metodelogi, hasil, dan pembahasan. Sebaiknya semua bagian tersebut dijadikan satu bab pembahasan agar tidak menimbulkan tanda Tanya bagi pembaca jurnal.
            Penulis menggunakan metode kuantitatif untuk menunjukkan susunan morfologi wilayah Pegunungan Kulon Progo. Akan tetapi, dalam metodologi itu juga disebutkan beberapa istilah yang asing “Those elements consist of drainage density, river bifurcation, height and width ratio of a river profile, azimuth, length and density of the lineaments, drainage pattern, and sinusoidal morphometry (Unsur-unsur terdiri dari kerapatan drainase, bifurkasi sungai, tinggi dan rasio lebar profil sungai, azimuth, panjang dan kepadatan kelurusan, pola drainase, dan morfometri sinusoidal)”. Menurut penulis, semua elemen tersebut dapat dijadikan elemen morfometrik yang dapat menguatkan bahwa pembentukan Pegunungan Kulon Progo merupakan hasil dari aktivitas tektonik sebagai pengendalinya. Sebaiknya, apabila dalam metodologi dijelaskan istilah-istilah baru maka di pembahasan juga disinggung mengenai istilah-istilah tersebut.
            Dalam penulisan jurnal ini penulis memiliki ide yang bagus karena menggunakan hasil investigasi sebagai bukti bahwa apa yang mereka tuliskan tidak hanya teoritik saja tetapi juga dilakukan penelitian langsung di lapangan. Sehingga, hal tersebut dapat membantu untuk meyakinkan pembaca, bahwa hasil dari jurnal yang dituliskan benar-benar mewakili kenyataan yang sebenarnya di lapangan. Selain itu pada bagiah hasil investigasi ini juga dilengkapi dengan gambar yang menyajikan wilayah-wilayah Pegunungan Progo lengkap dengan material-material penyusun batuan setempat. Sehingga melalui bukti tersebut pembaca dapat menarik kesimpulan sendiri mengenai formasi batuan wilayah Kulon Progo.
            Inti dari pembahasan ini adalah bahwa Pembentukan Pegunungan Kulon Progo diakibatkan oleh pola tektonik regional. Seperti pernyataan penulis bahwa “Based on the geological phenomena observed in Alps, almost all earth scientists believed that the horizontal stress movement was the prevailing force in the formation of a mountain (Berdasarkan fenomena geologi yang diamati di Pegunungan Alpen, hampir semua ilmuwan percaya bahwa tekanan oleh pergerakan kerak bumi secara horisontal adalah kekuatan yang berlaku juga dalam pembentukan Pegunungan Kulon Progo yang terbentuk di bawah pola tektonik regional)”. Dari hasil pembahasan dapat ditegaskan bahwa hipotesis penulis mengenai pembentukan Pegunungan Kulon Progo yang berlokasi di Yogyakarta merupakan akibat dari pola tektonik regional adalah benar adanya.

ANALISIS KESIMPULAN DAN SARAN
            Kesimpulan dalam jurnal ini sudah cukup bagus. Penulis mencoba menekankan kembali bahwa pembentukan Pegunungan Kulon Progo merupakan hasil dari aktivitas tektonik regional. Sehingga penulis berusaha untuk mematahkan anggapan bahwa pembentukan Pegunungan Kulon Progo merupakan hasil dari teori undasi. Hal tersebut tercermin dalam saran yang disampaikan oleh penulis bahwa “The configuration of the dynamics operating in Kulon Progo Mountain seems to follow the general tectonics rather than to the undation mechanism. It is therefore very strongly recommended to revise the terminology “oblong dome” frequently applied to Kulon Progo Mountain to avoid misleading in view of the geotectonic mechanism (Konfigurasi dinamika yang beroperasi di Pegunungan Kulon Progo tampaknya mengikuti tektonik umum daripada mekanisme undasi. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk merevisi terminologi "kubah oblong" yang sering diterapkan di Gunung Kulon Progo untuk menghindari kesalahpahaman persepsi dalam pandangan mekanisme geotektonik)”.

ANALISIS DAFTAR PUSTAKA

            Penulisan daftar pustaka dalam jurnal ini sudah sangat bagus dan memenuhi kaidah penulisan yang baik dan benar. Semua sumber yang dituliskan di pendahuluan maupun pembahasan tertulis rapi di daftar pustaka. Akan tetapi, masih ada beberapa buku yang tahun penerbitannya sangat lama. Sehingga, dikhawatirkan akan menimbulkan teori-teori yang sudah tidak sesuai dengan keadaan atau kondisi masa kini. Untuk penulisan jurnal selanjutnya akan lebih baik jika bersumber pada buku-buku baru tetapi tetap menggunakan buku-buku lama sebagai bahan perbandingan.

Selasa, 07 Oktober 2014

ILLEGAL LOGGING IN BONDOWOSO

Bondowoso merupakan daerah dataran tinggi berbeda dengan daerah situbondo yang merupakan daerah dataran rendah. Relief bondowoso yang relatif kasar banyak ditumbuhi oleh tanaman-tanaman berkayu seeperti jati dan mahoni. Pemerintah bondowoso juga mengembangkan penanaman-penanaman hutan di beberapa titik. Berebeda dengan bondowoso, situbondo merupakan daerah dataran rendah yang terletak pada deretan pantai utara pulai jawa. Karena letaknya ynag berdekatan dengan pantai, maka daerah tersebut sangat sedikit vegetasi berkayu yang dapat tumbuh. Hal tersebut karena sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan tambak dan budidaya ikan.
Kasus penebangan hutan di bondowoso masih sangat tinggi. Pada umumnya hutan-hutan yang ada di beberapa titik di bondowoso merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk penghijauna daerah. Tetapi pada kenyataannya, banayak masyarakat yang memanfaatkannya sebagai lahan baru untuk sumber penghasilan (salah satunya illegal logging). Hal tersebut mengakibatkan banyak daerah hutan menjadi lahan gundul. Hal tersebut mengakibatkan rawan terjadinya erosi lahan pada saat musim penghujan datang di bondowoso. Material-material hasil erosi tersebut kemudian mengalami proses transportasi ke daerah hilir. Salah satu daerah yang terkena dampaknya adalah daerah situbondo yang merupakan daerah hilir dari aliran sungai-sungai yang ada di bondowoso. Sehingga pada musim penghujan banjir melanda sebagian daerah situbondo.
Partisipasi dari pemerintah dan juga masyarakat sangat penting untuk mengurangi kasus illegal logging tersebut. Salah satu kebijakan yang dapat diterapkan adalah meningkatkan ketegasan dalam mengadili pelaku illegal logging, penanaman kembali hutan yang gundul (reboisasi), serta membuat kerjasama yang saling mengutungkan antara pemerintah bondowoso dan situbondo. Jika kasus illegal logging mampu ditekan menjadi lebih kecil jumlahnya, maka proses reboisasi untuk mengurangi dampak  banjir di situbondo sebagai akibat dari illegal logging di bondowoso dapat  berjalan secara efektif. Tidak hanya itu, kesadaran dari masyarakat juga sangat penting. Apabila system yang berjalan dan partisipasi dari masyarakat dapat berjalan beriringan maka dampak banjir di situbondo akibat illegal logging di bondowoso dapat dikurangi.






Bondowoso is a highland area but Situbondo is a lowland arae. Relief of Bondowoso relatively coarse, it’s caused much of woody plants grow on it like teak and mahogany. Bondowoso’s government also develop forest at some point of bondowoso’s area. Differently with Bondowoso, situbondo is a lowland area. That located on the north coast of the Java. Bittest woody vegetation can grow on situbondo than bondowoso. It’s caused most of the area is used as ponds and fish farming.
Case of  illegal logging in Bondowoso is very high. Generally, the forests at some point area in Bondowoso is a government’s program and that aim is to reforestation. But in fact,  some people who use it as a new land for income sources (one of which illegal logging). It’s caused a lot of areas of forest become barren land. That resulted erosion of land during the raining season comes at Bondowoso. And than, materials of erosion is transported to downstream areas. One of the areas affected it is situbondo area, which is an area downstream of the flow of rivers in Bondowoso. So, on raining season flood hit some area of situbondo.
Participation of governments and communities is essential to reduce the illegal logging. The policies that can be applied  to decrease it is the rigorly in prosecuting illegal logging, replanting of denuded forest (reforestation), and made mutual cooperation between the Bondowoso’s government and situbondo’s government. If  illegal logging candecreased, the reforestation process to reduce flood in situbondo as a result of illegal logging in Bondowoso can run effectively. Not only that, the awareness of the community is also very important. If the system and participation of the community can running, the flood in situbondo as impact of illegal logging in Bondowoso can be reduced.

Senin, 22 September 2014

Gebyar Pesona, Tarian Baru Bondowoso Sambut Tamu Audax

Gebyar Pesona, Tarian Baru Bondowoso Sambut Tamu Audax
Tari Gebyar Pesona sambut peserta Jawa Pos Cycling Audax East Java 2014 di Pendapa Bupati Bondowoso.

BONDOWOSO, InfoBondowoso.NET - Bondowoso memiliki satu tari baru yang secara khusus ditampilkan di depan setiap tamu khusus yang datang ke Kota Tape itu. Beruntung para peserta Jawa Pos Cycling Audax East Java 2014 bisa menikmatinya saat mereka rehat di pit stop 4 di pendapa Bupati kemarin (20/9). 

Para peserta Jawa Pos Cycling Audax East Java 2014 yang mampir ke Pendapa Bupati Bondowoso tampak kelelahan. Namun, mereka yang memasuki pendapa akan terhibur. Sebab, Bupati Bondowoso Amin Said Husni menyambutnya dengan pergelaran tari. Para penari dan pengiringnya memperagakan tarian yang baru diciptakan, yakni Gebyar Pesona. 

Tarian yang menggambarkan keanekaragaman budaya Bondowoso itu membuat peserta Audax terkagum-kagum. Bahkan, Dirut PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda yang duduk berdampingan dengan Bupati Amin dan Bupati Jember M.Z.A. Djalal tampak tersenyum. Selain itu, Azrul dan Djalal beberapa kali memberikan aplaus atas penampilan para penari itu. 

Bahkan, para peserta Audax yang berasal dari luar negeri tampak sangat terhibur. Tarian Gebyar Pesona juga memiliki unsur gerak pencak silat. Para penari yang memakai jubah dan topeng singa itu beberapa kali beraktraksi salto. 

Dalam Gebyar Pesona juga ada tarian topeng dan kuda lumping. Munaryadi, yang menciptakan tarian itu, mengatakan, topeng yang terbuat dari fiberglass itu merupakan tiruan topeng milik Mbah Singo Ulung yang membabat berdirinya Desa Belimbing, Klabang. 

"Topeng Mbah Singo Ulung itu berusia 500 tahun. Kami meminta izin kepada anak cucunya untuk membikin topeng tiruannya," katanya. 

Ternyata, keturunan Mbah Singo Ulung memberikan izin. "Lalu, kami membuat replika dari topeng asli buatan Mbah Singo Ulung yang berusia 500 tahun itu," ujarnya. Untuk membuat topeng tiruan, Munaryadi mengumpulkan para pecinta seni tradisi di seluruh Bondowoso. 

Pemkab Bondowoso memang menginginkan ada sebuah tarian baru yang harus diciptakan untuk menyambut para tamu dari luar Bondowoso. "Apalagi saat ini ada ratusan peserta Audax East Java 2014. Kami tampil all out untuk menyambut mereka. Kami menyuguhkan seni tradisi asal Bondowoso," katanya. 

Memang tidak mudah untuk mengumpulkan dan meramu semua seni tari dari berbagai pelosok Bondowoso. Seperti tari Singo Ulung, Kuda Lumping, Topeng, dan lainnya. Namun, Munaryadi sanggup menggabungkan berbagai seni tradisi itu menjadi sebuah tarian yang mempesona untuk menghibur para tamu. 

Sedangkan para penarinya adalah pelajar SD, SMP dan SMA di Bondowoso. "Mereka dilatih untuk memperagakan tarian Gebyar Pesona ini. Setiap sore mereka berlatih di Dinas Pariwisata," katanya. 

Bupati Amin mengatakan, dia sengaja mengundang Azrul Ananda bersama ratusan peserta Audax untuk datang ke Bondowoso. Dia ingin mengenalkan tempat wisata di Bondowoso dan mengenalkan tarian baru Bondowoso. "Harapannya, peserta Audax mengenal Bondowoso dan tempat wisata di Bondowoso," katanya. Apalagi, sangat jarang sebuah kabupaten menjadi pit stop Audax. "Bondowoso menjadi salah satu kabupaten yang beruntung," sambungnya.


- Jawa Pos, 21/09/14 -

Sabtu, 20 September 2014

semangat pagi


jika kita mulai merasa lelah akan semua beban yang ada, jangannlah sekali-kali untuk berdiam diri tanpa perlawanan. sebenarnya cukup mudah, kembalilah kepada siapa motivatormu ketika kamu kehilangan apa motivasimu kawan...

konsep geografi tumbuhan dan hewan menurut para ahli

Nama              : Melinda Suciatin Nofus
NIM                : 130721611794
Offering         : L
Prodi               : Pendidikan Geografi

Konsep Geografi Tumbuhan dan Hewan

Konsep Geografi Tumbuhan

·         Menurut Polunin the Geography of Plant is the regions of vegetations being an analisys of the distribution of vegetables from over the surface of the globe in connection with climate and physical agents (Polunin, dalam Dwi 2009).
            Berdasarkan pendapat Polunin tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapat itu mengutamakan faktor iklim dan faktor fisik dalam penyebaran tumbuhan di permukaan bumi. Namun pendapat tersebut masih mengabaikan faktor manusia sebagai agen yang juga memberikan peranan dalam penyebaran tumbuhan di berbagai tempat yang berbeda. Sehingga, akan lebih baik jika faktor manusia juga dikaitkan dengan penyebaran tumbuhan tanpa mengabaikan peranan dari faktor iklim dan fisik juga.

·         Menurut Polunin seecara etimologi geografi tumbuhan artinya ilmu tentang bumi yang berhubungan dengan kehidupan hayati atau tumbuhan yang ada di dalamnya. Phytogeografi yang mempelajari pada tumbuhan tingkat rendah (Polunin, dalam Fatchan 2013).
Berdasarkan pendapat Polunin tersebut dapat dikatakan bahwa objek kajian geografi tumbuhan adalah semua kehidupan hayati yang ada dimuka bumi. Sedangkan untuk tumbuhan tingkat rendah dikaji tersendiri dalam cabang ilmu Phytogeografi.

·         Menurut Brown, James, dan Lomolino Biogeography is the study of why animal species (and also plants) live in different regions on Earth (Brown, James , dan Lomolino, dalam Dwi 2009).
Berdasarkan pendapat Brown, James, dan Lomolino dapat dikatakan bahwa geografi tumbuhan merupakan salah satu objek kajian dari biogeografi. Meencakup kajian bagaimana tumbuhan bisa hidup di berbagai tempat yang berbeda. Namun pendapat tersebut tidak dilengkapi dengan konsep geografi tumbuhan secara spesifik karena tidak menyebutkan faktor apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Sehingga akan lebih baik jika konsep tersebut dilengkapi dengan faktor yang menyebabkan bagaimana hal tersebut bisa terjadi.

·         Menurut Michael Ritter Biogeography is the study of the geographical patterns of plant and animal species to understand the distribution of plant and animal species on Earth, a fundamental knowledge of ecology and ecosystem dynamics is required (Ritter, dalam Dwi 2009).
Berdasarkan  pendapat Ritter tersebut dapat dikatakan bahwa geografi tumbuhan itu adalah kajian dari biogeografi yang menekankan pada pola dari penyebaran tumbuhan yang tidak terlepas dari hubungannya dengan ekologi dan ekosistem. Pendapat tersebut memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendapat yang lain karena menyebutkan kaitan antara objek kajian geografi tumbuhan dengan pengetahuan ekologi dan ekosistem. Sehingga faktor iklim, kondisi fisik suatu tempat serta manusia juga dikaitkan dengan penyebaran tumbuhan yang ada di muka bumi.

Jadi, dari berbagai pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan  bahwa geografi tumbuhan merupakan salah satu  kajian fenomena geosfer yang secara khusus yaitu biosfer, membahas tentang tumbuhan dan persebarannya di muka bumi, serta kaitannya dengan karakteristik fisik suatu wilayah maupun karakteristik manusianya, serta apa pengaruhnya bagi kondisi ekologi dalam ekosistem yang ada.


Konsep Geografi Hewan

·         Menurut Shadili secara etimologi geografi hewan (zoogeography) berarti ilmu tentang bumi yang berhubungan dengan hewan yang ada di dalamnya (Shadili, dalam Fatchan 2013).
Berdasarkan pendapat Shadili tersebut dapat dikatakan bahwa objek kajian geografi hewan adalah semua kehidupan hewan yang ada dimuka bumi. Namun pendapat tersebut tidak menyebutkan faktor-faktor apa yang berkaitan dengan penyebarannya serta bagaimana hubungannya dengan manusia. Sehingga akan lebih baik jika pendapat tersebut juga dikaitkan dengan kajian geosfer yang lainnya seperti manusia dan lingkungan.
·         Menurut Darlington Geografi hewan adalah ilmu pengetahuan yang sebagian besar berhubungan dengan hewan-hewan atau bagian khusus (terpenting) dari dunia hewan dengan kondisi dan keadaannya yang ada di permukaan bumi beserta penyebarannnya dan aspek-aspek yang mempengaruhi penyebaran hewan-hewan tersebut misalnya keadaan iklim, tumbuh-tumbuhan, keadaan geologisnya, dan lain sebagainya (Darlington, dalam Dwi 2009).
Berdasarkan pendapat Darlington tersebut dapat dikatakan bahwa pendapat itu masih mengabaikan faktor manusia sebagai agen yang juga berpengaruh terhadap penyebaran hewan yanga ada di muka bumi. Pendapat tersebut lebih condong pada prinsip bahwa kondisi iklim, tumbuhan, serta geologi suatu tempat yang mempengaruhi persebaran tersebut. Sehingga akan lebih baik jika ditambahkan bagaimana faktor manusia jga mempengaruhi fenomena tersebut serta pengaruhnya bagi kehidupan manusia itu sendiri.

·         Menurut Alfred Russel Wallace Ilmu Biogeografi adalah ilmu tentang bagaimana penyebaran spesies-spesies (hewan dan tumbuhan) di permukaan Bumi dan bagaimana penyebaran itu terjadi (Wallace, dalam Dwi 2009).
Berdasarkan pendapat Wallace tersebut dapat dikatakan bahwa geografi hewan merupakan salah satu kajian dari biogeografi. Pendapat tersebut memiliki kelebihan dibandingkan pendapat yang lain karena selain mengkaji bagaimana penyebaran hewan di muka bumi tetapi juga proses terjadinya. Sehingga faktor sosial maupun fisik yang mempengaruhi persebaran tersebut juga akan dikaji dalam geografi hewan.

Jadi, dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa geografi hewan merupakan bagian dari Biogeografi yang objek kajiannya berupa hewan serta bagaimana proses penyebarannya serta faktor apa saja yang mempengaruhi penyebarannya.

 Kesimpulan
Dari berbagai pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa geografi tumbuhan dan hewan merupakan salah satu kajian fenomena geosfer yang secara khusus yaitu biosfer, merupakan bagian dari biogeografi yang membahas tentang persebaran tumbuhan dan hewan, bagaimana persebarannya di muka bumi, serta kaitannya dengan karakteristik fisik suatu wilayah maupun karakteristik manusianya, dan apa pengaruhnya bagi ekosistem yang ada.

Daftar Rujukan

Dwi, Ichwan. 2009. Apa Itu Geografi Tumbuhan dan Hewan, (Online), (http://one geo.blogspot.com/2010/01/apa-itu-geografi-tumbuhan-dan-hewan.html, diakses       tanggal 09 September 2014).


Fatchan, Ahmad. 2013. Geografi Tumbuhan dan Hewan. Jakarta: Ombak.

Minggu, 14 September 2014

mengapa di Indonesia terjadi musim kemarau dan penghujan

Mengapa di Indonesia ada musim kemarau dan musim penghujan?
Jawab:
            Pada bulan Oktober-April, matahari berada pada belahan bumi selatan, sehingga benua Australia lebih banyak menerima pemanasan matahari di bandingkan benua Asia. Akibatnya di Australia terdapat pusat tekanan udara rendah (depresi), sedangkan di Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi (kompresi). Keadaan ini menyebabkan arus angin dari benua Asia ke benua Australia. Di Indonesia angin ini merupakan angin musim timur laut di belahan bumi utara dan angin musim barat di belahan bumi selatan. Oleh karena angin ini melewati samudera pasifik dan samudera hindia maka banyak membawa uap air. Sehingga pada umumnya di Indonesia terjadi musim penghujan. Angin monsoon pada waktu ini biasa disebut angin monsoon barat laut. Musim penghujan meliputi seluruh wilayah Indonesia, hanya saja persebarannya tidak merata. Makin ke timur curah hujan semakin berkurang karena kandungan uap airnya semakin sedikit.
            Sebaliknya, pada bulan April-Oktober matahari berada pada belahan bumi utara, sehingga benua Asia lebih banyak menerima pemanasan matahari di bandingkan benua Australia. Akibatnya di benua Asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah sedangkan di benua Australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi, yang menyebabkan arus angin dari benua Australia ke benua Asia. Di Indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan dan angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh karena tidak melewati lautan yang luas maka angin tidak banyak membawa uap air, sehingga di Indonesia umumnya terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat Sumatera, Sulawesi Tenggara, dan pantai selatan Irian Jaya. Angin monsoon pada waktu ini biasa disebut angin monsoon tenggara.
            Antara musim kemarau dan musim penghujan terjadi musim pancaroba (peralihan). Ciri-cirinya adalah udara terasa panas, arah angin tidak teratur, dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat.

(Dikutip dari buku Pengantar Ilmu Kebumian hal: 223—224)

Rabu, 10 September 2014

geografi ekonomi

PendidikanGeografi 2013
Off L
Kelompok 6
Anggota          : 1. Ferri Ridho                                    (130721611757)
                          2. M. ArifRohmatulloh                     (130721611764)
                          3. M. Makruf                                     (130721611775)
                          4. Melinda SuciatinNofus                 (130721611794)
                          5. NunungAprilliya                           (130721611790)
                          6. RizkyIkaHariani                            (130721611758)




1. Jelaskan teori-teori yang ada dalam geografi!
Jawab:
1)      Teori Ledakan Penduduk => (Thomas Robert Malthus)
Thomas Robert Malthus lahir di Ruckery-St. Catherina Inggeris pada tanggal 14 Februari 1766 dan meninggal pada tanggal 23 Desember 1834. Ia seorang ahli ekonomi yang tergolong ekonomMazhab Klasik bersama-sama Adam Smith. Ajaran-ajarannya banyamempengaruhi pemikiran ekonom lainnya  seperti  Ricardo, di mana perkembangan ekonomi diasumsikan cukup suram itu berpengaruh besar pada abad ke-19. Dalam ilmu geografi ekonomidan populasi nama dia juga dikenal sebagai seorang pelopor yangmengukir pada mazhab geografi tersebut. Selain itu nama Malthus kemudian diabadikan juga dalam istilah ”neomalthusianisme”. Adapun teori Malthustentang ledakan penduduk ditulis dalam bukunya An Essay on the Principlesof Population (1798).
Dalam teorinya tersebut Malthus berpendapat, bahwa :
a)      Masyarakat manusia akan tetap miskin karena terdapat kecenderungan pertambahan penduduk berjalan lebih cepat dari pada persediaanmakanan.
b)      Pertambahan penduduk dapat diibaratkan deret  kali atau deret ukur sehingga pelipat-gandaan jumlah penduduk dalam setiap 25 tahun, sedangkan peningkatan sarana-sarana kehidupan berjalan lebih lambat, yankni menurut deret hitung atau deret tambah.
c)      Melalui tindakan pantang seksual/pantangan kawin, perang, bahaya kelaparan, dan bencana alam, jumlah penduduk setiap kali memang diusahakan sesuai dengan sarana kehidupan yang tersedia. Namun cara itu tidak cukup untuk meningkatkan kehidupan masarakat sampai di atas batas minimum.

2)      Teori Pengaruh Iklim Terhadap Peradaban => (Ellswort Huntington)
Ellswort Huntington adalah seorang ahli geografi Amerika yang produktifmenulis berbagai buku ternama dan teorinya tergolong fantastis imajiner dankadang dinilai bombaptis. Inti teori-teorinya itu terdapat dalam tiga buku yakni:The Pulse of Asia (1907); Palestine and Its Transformation (1911),Civilization and Climate (1915), yang secara garis besar pokok-pokok pikirannya sebagai berikut :
a)      Peradaban besar yang ada di kawasan Asia Tengah dan Barat Daya pada zaman kuno dimana kondisi mengrikan sekarang ini dari daerah-daerah tersebut, pada awal abad ke-20 diperkirakan adanya kemerosotan perabadaban yang terjadi dan disebabkan oleh perubahan iklim.
b)      Mekeringan di wilayah  ini  pada  masa  sekarang  kelihatannya  tidak sesuai dengan posisinya terdahulu sebagai pusat kerajaan, dan dia mulaiberpikir bahwa iklimnya yang dahulu seharusnya lebih lembab, bahwawilayah ini harus mengalami proses pengeringan yang progresif.
c)      Proses semacam ini harus menjadi bagian dari suatu proses yang lebihbesar fenomena-fenomena ayang lebih umum. Sesuai dengan itu iaterdorong untuk membuat postulat tentang mengeringnya bumi, yangterjadi dalam plsasi ritmik, dengan periode-periode dari udara kering dan basah.
d)     Begitu-pun cerita pengembaraan bangsa Ibrani (Yahudi) dalam kitab suci, berhubungan dengantitik tengah antara masa kekeringan dan masa kebasahan. Ekspansi  kerajaan  Moghul,  ekspansi  kerajaan  barbar Mongol  sampai  ke Eropa, adalah akibat dari mengeringnya tempattinggal asli dari kaum penyerbu.
e)      Proses  pengeringan  yang  progresif      dari  bum mengikuti  arah tertentu umumnya dari timur ke barat. Inilah yang menjelaskan pergantianpusat-pusat peradaban besar dari Babilonia, Mesir ke Yunani, ke Roma,dari Roma ke Prancis, dan dari Prancis ke Inggeris, serta dari Inggeris keAmerika Serikat.

3)      Teori Lokasi Lahan => (Johann Heinrich Von Thunen)
Johann Hienrich Von Thunen dalam Der Isolierte Staat (1826)mengemukakan bahwa pada dasarnya penggunaan lahan dapat dibagi dalam beberapa penggunaan. Dengan mengambil satu pusat kota sebagai satu-satunya tempat memproduksi barang-barang yang dibutuhkan seluruh negara,daerah- daerah di sekitarnya hanya sebagai pemasok bahan mentah lain ke kota.
1)      Lahan pertama berada di dekat pusat kota (pasar) akan dipakai untuk kegiatan- kegiatan intensif jenis tanaman yang hasilnya cepat rusak,memakan tempat dan berat dalam kaitannya dengan transportasi.
2)      Lahan kedua merupakan daerah hutan. Hal ini bisa dipahammengingatmasa itu kebutuhan hasil hutan untuk kayu dan bahan bakar yang sifatnyamemakan tempat  dan berat  sehingga harus ditempatkan agar dekat dari pusat kota.
3)      Lahan  ketiga digunakan untuk menanam tanaman sejenis gandum ataupadi- padian.
4)      Lahan keempat berupa daerah  penggembalaan ternak.
5)      Lahan kelima,  merupakan  daerah “three  field  system”  merupakan daerah ilalang, daerah tandus.
6)      Sedangkan lahan keenam  merupakan daerah perburuan.
7)      Untuk memudahkan dan efisiensi transportasi, diperlukan sungai yangmembelah kota, ternyata dapat menghemat 1/6 transportasi darat,sehingga daerah pertama akan berkembang sepanjang sungai.
8)      Perlu dibuat kombinasi transportasi darat dan sungai, sehingga akansama biaya transpor darat bagi daerah yang tidak dapat menikmati adanya sungai.

4)      Teori Daya Sentrifugal dan Sentrifetal => (Charles O. Colby)
Charles O.Colby adalah penulis artikel Jurnal Annals padaAssociation of American Geographers Vol 23.No.1 (Mar.1933), hlmn.1-20. yang menulis topik “Centrifugal  and  Centripetal  Forces  in  Urban Geography”.  Dalam  tulisan tersebut  Colby  menguraikan  bahwa  proses berekspansinya  kota  yang  makimeluas dan berubahnya struktur tata guna lahan sebagian besar disebabkan oleh adanya daya sentrifugal dansentripetal pada beberapa kota. Daya sentrifugal; mendorong gerak ke luar penduduk dan usahanya sehingga terjadi disperse kegiatan manusia dan elokasi sector-sektor serta zone-zone kota. Sedangkan daya sentripetal, mendorongpenduduk bergerak ke dalam kota dan berbagaiusaha- usahanya yangmenimbulkan pemusatan (konsentrasi) aktivitas masyarakat.
Adapun isi pokok teori tersebut, yang menyebabkan pada masyarakat kota terjadi daya sentrifugal dan sentripetal tersebut, sebagai berikut: Pertama,untuk daya sentrifugal :
a)      Terdapat gangguan yang sering berulang, seperti; macetnya lalu lintas,polusi udara   dan   bunyi,   menyebabkan   penduduk   kota   merasa  tidak   nyaman bertempat tinggal di situ.
b)      Dalam pengembangan industri modern dan besar-besaran, memerlukanlahan- lahan relatif luas serta menjamin kelancaran tranportas dan lalu-lintas. Hal ini hanya mungkin dapat dilakukan di pinggiran kota, sebab kondisi kota-kota tua demikian padat.
c)      Harga sewa/beli tanah di pinggir atau luar kota, jauh lebih murah daripadadi kota.
d)     Di kota sudah dipenuhi gedung-gedung bertingkat tinggi, tidak mungkinlagi dapat dibangun bangunan baru, kecuali dengan biaya yang sangat tingi.
e)      Kondisi   perumahan   kota   umumnya   padat   dan   sempit,   sulit  untuk dikembangkan lebih lanjut, kecuali dengan biaya yang tinggi. Berbeda dengan pinggir atau luar kota, serba mungkin untukmemperoleh perumahan yang lebih nyaman, segar,  dan murah.
f)       Hidup di kota, terasa sesak, penat, dan berjubel. Sedangkan dipinggir/ luar kota lebih terasa asri, segar, sunyi, dan nayaman.
Namun sebaliknya, banyak juga penduduk luar/pinggir kota yang justrumenyenangi hidup tinggal di kota, inilah yang kedua ini termasuk daya sentripetal yang penyebabnya, sebagai berikut:
a)      Memiliki tempat-tempat di pusat kota yang strategis, sangat cocok untuk pengembangan industri dan merupakan kemudahan tersendiri  dalam operasi industri.
b)      Berbagai perusahaan dan bisnis, biasanya lebih menyukai lokasi-lokasiapakah itu dekat stasion kereta api, pelabuhan, maupun terminal bus,maupun pusat- pusat keramaian publik lainnya.
c)      Dalam dunia bisnis, lebih menyukai dan berkecenderungan adanya konsentrasi-konsentrasi penjual jasa seperti, penjahit, tempat praktekpara dokter, pengacara, tukang gigi, pemangkas rambut dan kecantikan, lokasinya lebih menyukai berdekatan.
d)     Selain itu juga di kota-kota sudah sedemikian rupa tersusun pusat-pusat perbelanjaan seperti  toko-toko;  tekstil,  elektronik,  perhiasan  (emas dan perak),  pakaian  jadi,  makanan  dan  minuman,  barang-barang kelontong, mainan anak, dan sebagainya.
e)      Banyaknya flat-falt/rumah bersusun untuk masyarakat kecil, setidaknyadapat meringankan harga sewa bagi penduduk kota.
f)       Kota  juga  mnyediakan  sejumlah  tempat  hiburan,  olahraga,  seni-budaya, pendidikan, di samping menyediakan pekerjaan.
g)      Para pegawai dan pekerja kota lainnya, lebih menyukai tempat tinggalyang tidak berjauhan dengan tempat bekerja. Artinya kota tetap diminati sebagai kebutuhan untuk bertempat tinggal karena dekat dengan tempat bekerja.

5)      Teori Kota Konsentris => (Burgess)
E.W. Burgess adalah seorang geograf Amerika Serikat yang mengkaji struktur kota Chicago pada tahun 1920-an, dan teori konsentrasi tersebut dimuat dalam tulisannya yang berjudul The Geography of City (1925). Intiteori kota konsentris tersebut adalah :
a)      Pada  hakikatnya  kota  itu  meluas  secra  seimbang  dan  merata  dari suatu pusat/inti, sehingga muncul zone-zone baru sebagai perluasannya.
b)      Pada  setiap  saat  dengan  demikian  dapat  ditemukan  sejumlah  zone yang konsentris letaknya, sehingga struktur kota menjadi bergelang (melingkar).
c)      Di pusat kota terdapat Zone Pertama; Central Bisnis District (disingkatBCD) jika di Chicago disebutnya Loop. Fungsi Loop tersebut untuksebagai pusat/jantung kehidupan perdagangan, perekonomian, dankemasyarakatan.. Zone Kedua; terdapat Zone Peralihan (trantitional zone) merupakan kawasan perindustrian, disertai oleh rumah-rumah pribadi yang kuno. Bahkan jika Chicago telah berubah menjadi Chines Town maupun pertokoan dan perkantoran berskala kecil. Namun jika sudah bobrok banyak dimanfaatkan oleh  kaum  gekandangan  miskin. Zone  Ketiga:    kawasan  perumahan  para buruh kebanyakan adalahkaum imigran. Zone Keempat: penghini kelas menengah, cukup rapimemiliki jarak sanitasi yang lebih memadai sebagai tempat tinggal yang nnyaman dan baik. Namun terdapat juga sebagian kecil rumah berkelas elite. Sedangkan pada zone kelima; merupakan Commuters Zone, atautempat orang yang pulang-pergi setiap hari untuk bekerja. Kondisi alamnya masih asri, luas, dan mewah serta berfungsi sebagai kota kecil untuk beristirahat/tidur atau dormitory towns, maklum perumahan untukorang-orang kaya.

6)      Teori Konflik Antar Suku Bangsa Nomadik => (Sedenter Jean Bunhes)
Jean Bunhes seorang ahli geografi Prancis murid Le Play yangmeneliti pengaruh   kehidupan   nomadik   (barbar)   terhadap   politik.  Penelitiannya   ini dilakukan atas  di beberapa kawasan khususnya Afrika(Gurun Sahara dan Asia Tengah  yang  beriklim  keras,  dengan  sistem keluarga  yang  ptrairkhal  yang menghasilkan otorianisme dalam bukunyaGeographie humanie (1925). Adapun isi pokok teori tersebut, sebagai berikut:
a)      Stepa
stepa padang rumput di Asia dengan musim dingin yang kejam,tidak memungkinkan  pengolahan alam yang intensif. Hanya bibir-birgunung yang di mana oase-oase  irigasi dibangun, tanaman bisa tumbuh dan berkembang.
b)      Di mana pun tanah secara alami sangat sesuai dengan jenis pastoral (pastoralart) untuk memelihara kawanan ternak dan hewan. Dan dengan demikian wilayah penggembala di atas kuda, kelompok-kelompok kecilmanusia yang tersebar dengan ternaknya dalam suatu wilayah yang luas.
c)      Karena dihadapkan dengan suasana keharusan untuk bergerak kelilingdan untuk mengetahui sebelumnya tentang wilayah perumputan serta sumber- sumber air untuk jarak yang jauh, mereka memperoleh  rasa gerakan taktis dan strategi yang menempatkan mereka dalam posisimendaulat terhadap rung dan menguasai para tetangga mereka.
d)     Beberapa dari penakluk yang paling besar dan paling berani dalamsejarah, muncul dari stepa-stepa Jengis Khan, Timur Leng, KhubilaiKhan.
e)      Kualitas dan kemampuan yang menjadi alasan bagi kekuasaannyadiperoleh dari stepa, dari keterampilan   yang dianugerahkan kepadapstoral, dan dari subordinasi geografisnya pada lingkungannya.
f)       Kelompok penggembala ini bukan massa petani-petani kelompok kecilyang mengerumuni seluruh Asia Selatan dan Asia Timur, yang memimpindunia. Selama berabad-abad mereka menguasai India, dan Cina berada di bawah kekuasaan orang-orang Mongol, yaitu kaum Nomad para penggembala Asia yang perkasa (herdsman).
(http://salehuddinalan.blogspot.com/2012/12/teori-teori-ilmu-geografi.html)

2. Jelaskan teori-teori yang ada dalam ekonomi!
Jawab:
1.)    Teori Konsumen.
Bagian dari ilmu ekonomi mikro ini pada pokoknya membahas perilaku ekonomi rumah-rumah tangga keluarga dalam menggunakan penghasilan mereka yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan memperoleh tingkat kepuasan yang maksimal. Selanjutnya dapat diketengahkan bahwa teori konsumen mi memberi dasar teoritik konsepsi kurva permintaan konsumen, suatu konsepsi yang peranan nya sangit besar dalam kita mencoba menerangkan perilaku harga pasar.
2.)    Teori Badan Usaha.
Bagian ini membahas tentang perilaku rumah tangga perusahaan dalam menentukan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan, dalam menentukan harga satuan barang atau jasa yang dihasilkan, dan dalam menentukan kombinasi sum ber-sumber daya yang dipergunakan dalam proses produksi, yang semuanya ini didasarkan kepada asumsi bahwa yang ingin dikejar oleh rumah tangga perusahaan adalah keuntungan sebesar-besarnya. Teori mi memberikan dasar teoritik konsepsi kurva penawaran produsen.
3.)    Teori Harga Pasar.
Bagian daripada ilmu ekonomi. mikro ini pada dasarnya membahas perilaku harga pasar barang-barang dan jasa jasa. Teori mi, seperti disinggung di atas banyak mernanfaati kesimpulan-kesimpulan teoritik teori konsumen dan teori badan usaha, khususnya konsepsi permintaan dan konsepsi penawaran yang dihasilkan oleh kedua teori tersebut.
4.)    Teori Distribusi Pendapatan.
Bagian daripada ilmu ekonomi mikro ini mencoba menerangkan perilaku harga sumber-sumber daya, yang dapat berubah upah untuk sumber daya manusia, bunga modal untuk sumber daya modal, dan sewa untuk sumber daya alam. leon distnibusi pendapatan mi banyak menggunakan kesimpulan teoritik teori rumah-tangga perusahaan dan teori perilaku rumah-tangga keluarga.
5.)    Teori Keseimbangan Umum.
Teori-teori yang disebutkan di atas, yaitu teori konsumen, teori produsen, teoni harga pasar dan eori distribusi pendapatan semuanya didasarkan kepada asumsi tidak adanya saling pengaruh-mempengaruhj atau interdependensi antara kegiatan ekonomi pelaku ekonomi yang satu dengan kegiatan ekonomi pelaku ekonomi lainnya. Dunia yang nyata menunjukkan adanya hubungan interdependensi tersebut. Teori ekonomi mikro yang dalam usaha menerangkan pembentukan harga, penentuan kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan dan yang dikonsumsi, dan sebagainya seperti yang telah diuraikan di atas, mengikut sertakan ke dalam analisa unsur saling pengaruh-mempengaruhi di antara pelaku pelaku ekonomi tersebut, biasa disebut ana/isa keseimbangan- umum atau general equilibrium analysis.
6.)    Ekonomi Kemakmuran atau Welfare Economics.
Teoni-teoni ekonomi mikro sepertiyang kita uraikan di atas, dan butir ke 1 sampai dengan butir ke 5, tidak satupun yang memperhatikan skala preferensi masyarakat. Di lain fihak cabang ilmu ekonomi mikro yang disebut welfare economics, dalam mencoba menerangkan perilaku konsumen, produsen, harga dan sebagainya mernperhatikan norma-norma etik masyarakat.
(http://bayu96ekonomos.wordpress.com/modul-materikuliah/teori-ekonomi-mikro/)




3. Jelakan pendekatan-pendekatan yang ada dalam geografi !!!

Jawab!
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
1.      obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
2.      pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
1.      pendekatan keruangan,
2.      pendekatan kelingkungan, dan
3.      pendekatan kompleks wilayah
a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial proces) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1.      What? Struktur ruang apa itu?
2.      Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
3.      When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
4.      Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
5.      How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu?
6.      Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur
Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang) dapat berupa kenampakan yang memanjang (linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded pattern), empat persegi panjang (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya.
Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.
b. Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach).
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik.
Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. (3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik.
c. Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
1.      menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama
2.      menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua
3.      menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota
Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi
Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain: pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan.
1.      Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik (point), data bidang (areal) dan data garis (line) meliputi jalan dan sungai.
2.      Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang.
3.      Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya.
Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan.


4. Jelaskan pendekatan-pendekatan yang ada dalam ekonomi
Pendekatan analisis makro memandang sistem agribisnis sebagai hubungannya dengan ekonomi nasional, yakni hubungannya dengan produk domestik bruto, peningkatan pendapatan nasional, peningkatan kesempatan berusaha, pemerataan distribusi pendapatan, peningkatan ekspor, upaya substitusi impor, inflasi, devaluasi, penurunan tingkat pengangguran, serta hubungannya dengan komponen ekonomi makro.
Secara tradisional, para ahli berpendapat bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang terisolir, yang kurang dipengaruhi oleh keadaan perekonomian makro maupun perekonomian global. Pendapat demikian tidak tepat lagi diterapkan dikondisi saat ini. Sejak pertengahan tahun 1970-an , para ahli mulai sadar bahwa sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian makro maupun perekonomian global (Schuch, 1988; Chambers and Just, 1982; Nainggolan, 1988). Beberapa variabel perekonomian makro yang cukup berpengaruh terhadap sektor perekonomian, pertanian dan agribisnis secara keseluruhan adalah nilai tukar, suku bunga, kredit perbankan, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Oleh karena itu kondisi perekonomian makro merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan sistem agribisnis.
Ketersediaan prasarana merupakan kunci perkembangan agribisnis. Beberapa prasarana strategis bagi perkembangan agribisnis, seperti jaringan irigasi, jalan raya dan pasar merupakan barang publik yang harus dibangun oleh pemerintah. Apabila prasarana tersebut tidak tersedia maka agribisnis tidak akan berkembang dengan baik. Oleh karena itu prasarana merupakan salah satu komponen dari jaringan sistem agribisnis. Komponen jaringan agribisnis lainnya adalah lembaga penunjang seperti kebijaksanaan pemerintah, penyuluhan, pendidikan dan penelitian. Kebijaksanaan pemerintah merupakan kunci perkembangan agribisnis. Penyuluhan berperan dalam dimensi teknologi dan informasi ekonomi yang sangat diperlukan oleh agribisnis. Pendidikan sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan manajemen dan penguasaan teknologi agribisnis. Penelitian berperan sebagai peramu teknologi, perumus kebijaksanaan dan penyedia informasi ekonomi yang diperlukan untuk mengembangkan agribisnis.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa agribisnis merupakan suatu jaringan sistem komoditas.Tidak satupun usaha agribisnis yang hidup terisolir tanpa dipengaruhi oleh usaha agribisnis lainnya maupun oleh faktor-faktor eksternal lainnya. Usahatani merupakan salah satu komponen dari jaringan sistem terpadu yang merupakan kunci utama dari pendekatan agribisnis.
Pendekatan analisis mikro
Kajian sistem agribisnis melalui pendekatan analisis mikro menekankan kepada pencapaian efisiensi, optimasi alokasi dan penggunaan input (sumber daya), serta berusaha memaksimumkan keuntungan. Pertanian bukan lagi sebagi way of live, tetapi merupakan usaha yang harus memberikan keuntungan. Dalam agribisnis, segala aktivitas pertanian didasarkan pada prinsip ekonomi bukan mengikuti kebiasaan atau turun temurun. Oleh karena itu, dalam analisis mikro agribisnis didefinisikan sebagai tiga sektor secara ekonomi saling berkaitan. Ketiga sektor agribisnis tersebut adalah
(a) the input supply sector,
(b) the farm production sector, dan
(c) the product marketing sector.
Keterkaitan antara ketiga sektor tersebut dapat dilihat pada Bagan di bawah. Definisi ini mempunyai makna yang sama dengan yang dikemukakan oleh Drilon Jr. dalam Saragih (1998), bahwa agribisnis merupakan mega sektor yang mencakup “… the sum total of operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production activities on the farm, storage, processing and distribution of farm commodities and items for them …”.
The input supply sector atau sektor pemasok input pertanian adalah sector yang memberikan pasokan bahan dan peralatan pertanian untuk beroperasinya the farm production sector (Beierlein. dkk., 1986). Sektor ini memasok pakan ternak atau ikan, benih, pupuk, bahan bakar minyak, pestisida, alat, mesin pertanian, dan sebagainya.
The farm production sector atau sektor budidaya pertanian merupakan sector yang mengubah input pertanian menjadi output atau komoditas primer hasil pertanian. Sektor ini meliputi pertanian dalam arti luas, yaitu budidaya tanaman, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Komoditas primer yang dihasilkan oleh sektor ini adalah bahan pangan (padi, jagung, kedele, dan sebagainya), daging, ikan, telur, susu, sayur atau hortikultura, serat, dan kayu.
The product marketing sector atau pemasaran ahasil pertanian melibatkan individu atau perusahaan yang menangani dan mengolah komoditas primer hasil budidaya pertanian sampai ke konsumen akhir. Branson dan Norvel (1983) mendefinisikan pemasaran sebagai proses memenuhi kebutuhan manusia dengan menghadirkan produk kepada mereka dalam bentuk yang
cocok serta pada tempat dan waktu yang tepat. Pada umumnya, pemasaran mempunyai delapan fungsi dasar:
1. Pengumpulan bahan mentah (komoditas primer), biasanya dilakukan oleh pedagang pengumpul atau disebut tengkulak;
2. Pembuatan kelas mutu atau grading bahan mentah;
3. Penyimpanan bahan mentah, termasuk di dalamnya pembersihan dan pengeringan komoditas primer;
4. Pengolahan bahan mentah menjadi produk akhir (barang yang siap dikonsumsi);
5. Pengemasan produk olahan (barang jadi);
6. Penyimpanan produk olahan;
7. Pendistribusian produk olahan ke pedagang besar, pengecer, dan konsumen; dan
8. Pengangkutan produk olahan dan komoditas primer.


(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CEUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fblog.ub.ac.id%2Fandimudj%2Ffiles%2F2013%2F11%2Fmakro-v-mikro.doc&ei=jb4HVKbBCtOXuASO54FI&usg=AFQjCNGgttrXQbTz3SWWllNoaXhp4Lrmbw&sig2=jQ5USUsgYIi8H1UfV2bRcA&bvm=bv.74649129,d.c2)